Saturday, 21 November 2015

Stratifikasi sosial


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui proses; suatu bentuk kehidupan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial, maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat karena mereka menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka. Fenomena dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain, semua tergantung bagaimana mereka menempatkannya.
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau measyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Selama dalam masyarakat itu ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan atau mungkin keturunan dari orang terhormat.
Seorang sosiolog, Pitirin A. Sorokin (1957) mengatakan bahwa sistem berlapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah yang sangat banyak, suatu keadaan tidak semua orang bisa demikian bahkan hanya sedikit orang yang bisa, dianggap oleh masyarakat berkedudukan tinggi atau ditempatkan pada lapisan atas masyarakat; dan mereka yang hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut, dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Atau ditempatkan pada lapisan bawah masyarakat. Perbedaan kedudukan manusia dalam masyarakatnya secara langsung menunjuk pada perbedaan pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai sosial dan perbedaan pengaruh di antara anggota-anggota masyarakat.
Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk kehidupan bersama di dalam bentuk organisasi sosial, lapisan-lapisan masyarakat mulai timbul. Pada masyarakat dengan kehidupan yang masih sederhana, pelapisan itu dimulai atas dasar perbedaan gender dan usia, perbedaan antara pemimpin atau yang dianggap sebagai pemimpin dengan yang dipimpin, atau perbedaan berdasarkan kekayaan. Seorang ahli filsafat, Aristotelespernah mengatakan bahwa dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur ukuran kedudukan manusia dalam masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Sedangkan pada masyarakat yang relatif kompleks dan maju tingkat kehidupannya, maka semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat itu,  keadaan ini mudah untuk dimengerti karena jumlah manusia yang semakin banyak maka kedudukan (pembagian tugas-kerja), hak-hak, kewajiban, serta tanggung jawab sosial menjadi semakin kompleks pula.
1.2 Rumusan Masalah
a)      Bentuk stratifikasi dan diferensiasi sosial masyarakat Desa Maricaya Selatan dan Desa Polewali
b)      Apa sebab-sebab timbulnya stratifikasi dan diferensiasi sosial masyarakat Desa Maricaya Selatan dan Desa Polewali
c)      Apa kriteria-kriteria yang menentukan stratifikasi dan diferensiasi sosial masyarakat Desa Maricaya Selatan dan Desa Polewali
1.3 Tujuan Penulisan
a)      Mengetahui bentuk diferensiasi dan stratifikasi sosial masyarakat Desa Maricaya Selatan dan Desa Polewali
b)      Mengetahui sebab-sebab timbulnya stratifikasi dan diferensiasi sosial masyarakat Desa Maricaya Selatan dan Desa Polewali
c)      Mengetahui kriteria-kriteria yang menentukan stratifikasi dan diferensiasi sosial masyarakat Desa Maricaya Selatan dan Desa Polewali













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.
Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Jadi kesimpulannya:
Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara horisontal berdasarkan pada ciri-ciri tertentu.
2.1.1 Ciri-ciri Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.
Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.
Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
(Anonymousa, 2011)
2.1.2. Bentuk Diferensiasi Sosial
Pengelompokan masyarakat membentuk delapan kriteria diferensiasi sosial.
a. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciriciri fisiknya, bukan budayanya.

Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras sebagai berikut :
1) Menurut A.L. Krober
• Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)
• Mongoloid
- Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)
- Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan)
- American Mongoloid (penduduk asli Amerika)
• Kaukasoid
- Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik)
- Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
- Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
- Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)
• Negroid
- African Negroid (Benua Afrika)
- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina)
- Melanesian (Irian, Melanesia)
• Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok)
- Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan)
- Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)
- Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)
- Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)
2) Menurut Ralph Linton
• Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orangorang Indian di Amerika.
• Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
• Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman.
Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras sebagai berikut:
• Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
• Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.
• Neo Melanosoid, yaitu penduduk kepulauan Kei dan Aru.
• Melayu, yang terdiri dari dua :
- Melayu Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja dan Dayak
- Melayu Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/
Makasar, Jawa, Sunda, dsb.
b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut :
- ciri fisik - kesenian
- bahasa daerah - adat istiadat
Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
- di Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi,
Palembang, Melayu, dsb.;
- di Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;
- di Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dsb.;
- di Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli,
Bolaang-Mangondow, Gorontalo, dsb.;
- di Kep. Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
- di Kep. Maluku dan : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.
- Irian
c. Diferensiasi Klen (Clan)
Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).
• Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat
pada:
- Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin;
- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar;
- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.
- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain :
Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
- Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain :
Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain :
Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De- Rosari, Paeira.
• Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau, Klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampuang-kampuang. Nama-nama klen di Minangkabau antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo,
Kampai, dsb.
Masyarakat di Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan sistem Matrilineal.
d. Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya.
Jadi, Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.
1) Komponen-komponen Agama
• Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
• Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
• Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.
• Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
• Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
2) Agama dan Masyarakat
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.
e. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya. Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus. Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dsb. Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya.
Contohnya, perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.
f. Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria
dan kelompok perempuan atau wanita.
g. Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa;
- masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut ini :
- perilaku
- tutur kata
- cara berpakaian
- cara menghias rumah
h. Diferensiasi Partai
Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran.
(Kun Maryati, 2001)
2.2 Pengertian Stratifikasi Sosial
Coba Anda perhatikan masyarakat di sekitar ! Ada yang miskin, kaya, buruh, pengusaha, sarjana, tukang, dan sebagainya. Adakah perbedaan perlakuan masyarakat terhadap mereka ?
Oleh karena status, baik yang berupa harta, kedudukan atau jabatan seringkali menciptakan perbedaan dalam menghargai seseorang. Dalam suatu masyarakat, orang yang memiliki harta berlimpah lebih dihargai daripada orang yang miskin. Demikian pula orang yang lebih berpendidikan dihargai lebih daripada yang kurang berpendidikan. Atas dasar itu, kemudian masyarakat dikelompokkelompokkan
secara vertikal atau bertingkat-tingkat sehingga membentuk lapisan-lapisan sosial tertentu dengan kedudukannya masing-masing. Masyarakat sebenarnya telah mengenal pembagian atau pelapisan sosial sejak dahulu. Pada zaman dahulu, Aristoteles menyatakan bahwa didalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur, yakni orang-orang kaya sekali, orang-orang melarat dan orang-orang yang berada di tengah-tengah. Menurut Aristoteles, orang-orang kaya sekali ditempatkan dalam lapisan atas oleh masyarakat, sedangkan orang-orang melarat ditempatkan dalam lapisan bawah, dan orangorang
di tengah ditempatkan dalam lapisan masyarakat menengah
Beberapa definisi stratifikasi sosial :
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
b. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
(Widyasusanto, 1996)
2.2.2 Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah. Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat/ketua atau pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai tugas apa-apa. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan apapun.
(Hakim, 1997)
2.2.3 Kriteria Penentuan Stratifikasi Sosial
Kriteria atau ukuran yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan para anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan tertentu adalah sebagai berikut :
a. Kekayaan
Kekayaan atau sering juga disebut ukuran ekonomi. Orang yang memiliki harta benda berlimpah (kaya) akan lebih dihargai dan dihormati daripada orang yang miskin.
b. Kekuasaan
Kekuasaan dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Seorang yang memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas, sebaliknya orang yang tidak mempunyai kekuasaan berada di lapisan bawah.
c. Keturunan
Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Keturunan yang dimaksud adalah keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan atau kehormatan. Kaum bangsawan akan menempati lapisan atas seperti gelar :
 - Andi di masyarakat Bugis,
- Raden di masyarakat Jawa,
- Tengku di masyarakat Aceh, dsb.
d. Kepandaian/penguasaan ilmu pengetahuan
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan meraih gelar kesarjanaan atau yang memiliki keahlian/profesional dipandang berkedudukan lebih tinggi, jika dibandingkan orang berpendidikan rendah. Status seseorang juga ditentukan dalam penguasaan pengetahuan lain, misalnya pengetahuan agama, ketrampilan khusus, kesaktian, dsb.
2.2.4 Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja. Contoh:
- Sistem kasta. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
- Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
- Feodal. Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh:
- Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
- Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial c a m p u r a n m e r u p a k a n kombinasi antara s t r a t i f i k a s i tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali b e r k a s t a Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
(Anwar, 1999)
2.2.5 Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
b. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah  penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.
c. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
d. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
e. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
f. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.
(Luth, 1992)
2.3 Perbedaan Diferensiasi dengan Stratifikasi
Sebelum kita mempelajari stratifikasi sosial secara khusus pada modul
mendatang, dengan melihat tabel di bawah ini secara tegas dapat kita bedakan
antara diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial.
DIFERENSIASI SOSIAL
STRATIFIKASI SOSIAL
1.      Pengelompokan secara horisontal
2.       
3.      Berdasarkan ciri dan fungsi

4.       
Distribusi kelompok


5.      Genotipe

6.      Kriteria biologis/fisik sosiokultural
1.      Pengelompokan secara vertikal
2.       
3.      Berdasarkan posisi, status, kelebihan yang dimiliki, sesuatu yang dihargai.
4.       
5.      Distribusi hak dan wewenang


6.      Stereotipe

Kriteria ekonomi, pendidikan kekuasaan, kehormatan

(Fernandez, 1989)
BAB III
PEMBAHASAN


3.1  Desa Maricaya
Terdapat 5 golongan masyarakat dan menempati 3 lapisan pokok, yaitu :
Pejabat dan Kelompok Profesional
Atas
10%
Alim ulama
Pegawai
Pedagang
Menengah
60%
Buruh
Bawah
30%
Diagram 1.1 Stratifikasi Masyarakat Desa Maricaya
Masyarakat Desa Maricaya Selatan
Di dalam masyarakat desa ini terdapat 3 lapisan masyarakat,Di kelompok masyarakat atas yaitu Kelompok pejabat dan professional.Di kelompok menengah yaitu Alim ulama, pegawai, pedagang dan di lapisan bawah adalah buru.
Gambaran pedidikan masyarakat desa Maricaya Selatan adalah :
1)      Sekolah Dasar sebanyak 93% dari seluruh anak di desa ini
2)      Sekolah Menengah Pertama sebanyak 54% dari lulusan SD
3)      Sekolah Menengah Atas sebanyak 65% dari lulusan SMP
4)      Perguruan Tinggi sebanyak 20% dari lulusan SMA
Penyebab utama banyaknya anak putus sekolah adalah faktor ekonomi dari orang tua mereka.Kelompok sebesar 46 % yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang SMP setelah mereka lulus kemungkinan besar mereka adalah anak buruh dari kelas bawah dan pedagang kecil dilapisan menengah.Untuk 20% bagi mereka yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi di dominasi oleh anak para pejabat dan professional.Dapat dikatakan bahwa masyarakat Maricaya Selatan ini memandang pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan dapat menjadi sarana peningkatan derajat sosial di masyarakat desa tersebut.
            Bukan hanya lewat pendidikan masyarakat ini menambah pengetahuanya.Di masyarakat ini juga beredar Media massa cetak seperti koran dan majalan.Bagi masyarakat golongan menengah yang tak mampu membeli media massa cetak mereka biasanya meminjam atau turut membaca dari mereka yang mampu membelinya.Untuk golongan atas beberapa diantara mereka bahkan memiliki perpustakaan pribadi.Bukan hanya itu masyarakat disini terutama golongan atas dan menengah sudah memiliki pesawat TV pribadi.Untuk masyarakat golongan atas memiliki 1 pesawat televisi setiap KK dan untuk gologan menengah tidak semua KK memiliki pesawat TV. Antusia terhadap informasi yang cukup tinggi para golongan menengah yang tidak memiliki pesawat TV sendiri mereka ikut bergabung bersama mereka golongan tengah yang memiliki pesawat TV, dapat dikatakan bahwa masyarakat golongan menengah di desa ini masih terdapat keakraban sosial yang bersifat tradisional.
            Anggota masyarakat desa ini mayoritas beragama islam dan sesanya beragama Protestan,Katolik,Hindu dan Budha.Untuk lebih jelasnya liat tabel 1.2
Tabel 1.2 Agama di desa Polewali
Agama Islam
75,6%
Agama Protestan
20%
Agama Katolik
3,8%
Hindu dan Budha
0,6%

3.2  Desa Polewali
Ulanam, Pemangku Adat, Pejabat
Atas

35%
Pedagang
Menengah
55%
Buruh
Bawah
10%

Tabel 1.3 Sistem Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Polewali
1)      Lapisan kaya terdiri dari para pemangku adat,alim ulama, dan pejabat.Mereka memiliki sebagian besar dari toko-toko, perusahaan dan tanah pertanian yang terdapat diwilayah ini. Lapisan ini terdiri dari orang-orang Bugis dan Makassar.Disinilah terdapat pemusatan kekayaan dan kekuasaan.
2)      Golongan ekonomi sedang yang jumlahnya 55% terdiri dari para pegawai dan pedagang.Lapisan ini terdiri dari orang Makassar, orang Bugis, orang Toraja, orang Jawa, orang Cina.
3)      Golongan miskin yang jumlahnya 10% terdiri dari para buruh (buruh tani,buruh empang,buruh pelabuhan,buruh angkutan, dan buruh bangunan).Kelompok etnis ini adalah orang Bugis(kecil), orang Toraja, orang Makassar dan orang Jawa
Untuk lebih jelas liat diagram 1.4







Tabel 1.4 Penyebaran Kelompok Etnis dan Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Polewali
Dari Kelompok Etnis

Bugis
Makassar
Toraja
Jawa ,Makassar, Cina
Pemangku Adat dan Alim Ulama
v
v


Pejabat

v


Pegawai Negeri

v
v

Pedagang
v


v
Buruh
v

v
v
50%
30%
15%
5%
Berdasarkan data diatas tampaknya kelompok orang Bugis dan Makassar berpengaaruh paling besar terutama dalam hal kehidupan adat dan keagamaan dan ekonomi. Walaupun demikian terdapat juga perbedaan dalam hal pemanfaatan kekayaan.Para alim ulama dan pemangku adat memanfaatkan kekayaan mereka secara hati-hati dan anak-anak mereka bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga mereka berhasil menyelesaikan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari orang tua mereka.Sedangkan anak dari kalangan pejabat mereka mengikuti gaya hidup orang modern seperti remaja di kota-kota besar.Bagi warga masyarakat menengah mereka mengikuti gaya hidup sederhana dan bersekolah di Ujung Pandang.
            Secara keseluruhan dapat dikatakan, bahwa masyarakat desa Polewali mengangap pendidikan adalah suatu hal yang mereka junjung tinggi dan menjari sarana untuk anak-anak mereka mendapat tempat terhormat dikehidupan mereka dikemudian hari.










BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Diferensiasi sosial :
pengelompokan warga masyarakat secara horisontal berdasarkan kesamaan
ciri-ciri tertentu.
2. Ciri-ciri yang mendasari diferensiasi sosial :
- ciri fisik : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, dsb.
- ciri sosial : perbedaan yang menimbulkan pola perilaku tertentu dalam masyarakat;
- ciri budaya : pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya.
3. Perbedaan diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial :
horisontal/vertikal;
ciri dan fungsi/posisi dan status;
distribusi kelompok/distribusi hak dan wewenang;
genotipe/stereotipe;
kriteria biologis fisik sosiokultural/kriteria pendidikan kekuasaan kehormatan.
Perbedaan stratifikasi sosial dengan status sosial.
4.Status sosial adalah posisi seseorang didalam masyarakart yang didasarkan pada hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. Status sosial merupakan unsur yang membentuk terciptanya stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial yang disusun dari status-status sosial.
5. Sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial.
Secara umum terbentuknya stratifikasi sosial karena pembedaan dalam penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki.
- tugas dan penempatan,
- hadiah/reward,
- keahlian/keterampilan.
7. Kriteria dasar stratifikasi sosial :
a. kekayaan,
b. kekuasaan,
c. keturunan,
d. pendidikan/ilmu pengetahuan.
8. Sifat stratifikasi sosial :
- tertutup : sulit mengadakan mobilitas,
- terbuka : bebas melakukan mobilitas,
- campuran : kombinasi tertutup dan terbuka

4.2 Saran
       Masyarakat Indonesia memiliki banyak suku dan budaya.Setiap daerah memiliki ciri sendiri dalam menentukan tinggi rendahnya sesuatu.Dalam era globalisasi seperti ini masyarakait Indonesia lebih memilih menggunakan pendidikan sebagai sarana meningkatkan status sosialnya maka dari itu pendidikan sangat penting bagi setiap orang.
































DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa, 2011.DIFERENSIASI SOSIAL DAN  STRATIFIKASI SOSIAL (Online).[http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial], diakses pada 7 Oktober 2011.

Dra. Kun Maryati & Juju Suryawati, S.Pd., Sosiologi jilid 1 untuk SMU kelas 2, Esis, Jakarta, 2001.

Drs. Laurent Widyasusanto, Penuntun Belajar Sosiologi jilid 1 untuk SMU, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1996.

Drs. Lukman Hakim & Dra. E.J. Ningsih, Sosiologi untuk SMU kelas 2, PT. Grafindo Media Pratama, Jakarta, 1997.

Mohamad Anwar, Pegangan Sosiologi untuk kelas 2 SMU, Armico, Bandung, 1999.

Drs. Nursal Luth, Kamus Sosiologi dan AntropologiPT. Galaxy Puspa Mega, Jakarta, 1992.

Drs. Nursal Luth & Drs. Daniel Fernandez, Sosiologi dan Antropologi jilid 1, PT. Galaxy Puspa Mega, Jakarta, 1989.

No comments:

Post a Comment